Saya Kenal Miftah, Mungkin Bukan Niat Menghina
Belakangan ini, nama Miftah bukan lagi nama yang asing di kalangan masyarakat Indonesia. Miftah menjadi bahan perbincangan hangat di media sosial setelah video viralnya beredar luas di internet. Dalam video tersebut, Miftah terlihat sedang mengolok-olok seorang pedagang asongan dengan menyebutnya “kuli bangunan”.
Banyak yang langsung menghujat Miftah atas tindakannya yang dianggap merendahkan martabat seorang pedagang kecil. Namun, sebagian orang justru mencoba melihat dari sudut pandang yang berbeda. Mereka berpendapat bahwa mungkin Miftah tidak bermaksud menghina, melainkan hanya bercanda tanpa menyadari dampak dari kata-katanya.
Saya sendiri juga mengenal Miftah, dan saya melihatnya sebagai sosok yang berhati baik. Dia adalah teman yang periang, humoris, dan ramah. Saya yakin bahwa tindakannya tersebut bukanlah niat jahat, melainkan sekadar kelalaian dalam berbicara.
Tentu saja, hal ini tidak bisa dijadikan alasan untuk membenarkan tindakan Miftah. Sebagai seorang public figure, Miftah seharusnya lebih berhati-hati dalam bertutur kata dan bersikap, karena apa yang dia katakan dapat memiliki dampak yang besar bagi orang lain.
Namun, sebagai manusia, kita juga perlu memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memperbaiki kesalahannya. Miftah sudah meminta maaf atas tindakannya tersebut dan berjanji untuk lebih berhati-hati dalam berbicara ke depannya.
Apapun itu, saya percaya bahwa setiap orang memiliki sisi baik dan buruknya masing-masing. Kita tidak boleh langsung menghakimi seseorang hanya dari satu tindakan buruk yang dilakukannya. Kita juga perlu melihat konteks dan situasi yang ada di balik tindakan tersebut.
Saya berharap agar kejadian ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih bijaksana dalam menyampaikan pendapat dan berbicara. Kita harus selalu memperhatikan kata-kata kita agar tidak menyakiti perasaan orang lain. Dan yang terpenting, kita harus selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya.